Laporan Tugas Komunikasi Konseling



A.    Setting Lab (Verbatim)
No.
Ungkapan
Verbal
Ungkapan Nonverbal
Teknik
Ket.
1
Ki : Assalamu’alaikum...
Muka kecut, menunduk, wajah seperti penuh masalah dan dilanda kebingungan

Tahap Awal
2
Ko : Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Silahkan masuk. Senang bertemu dengan Mbak. Mari silahkan duduk.
Ramah, santai, senyum, menghampiri, cerah, menjawab salam/ menyapa dengan senang dan mempersilahkan duduk.
Attending, dan empati,
3
Ki : Oh iya Mbak...
Menunduk, dan senyum palsu yang berbeda antar wajah dan perasaan.

4
Ko : Oh iya Mbak, bagaimana kabarnya hari ini? Semoga selalu dalam keadaan sehat ya Mbak.
Ramah, santai, senyum, dan cerah.
Bertanya terbuka
5
Ki : Baik.
Senyum dan kembali menunduk.

6
Ko : Bagaimana perjalanan menuju lembaga konseling ini? Apakah menyulitkan Mbak menemukan tempat ini?
Attending, menatap konseli, senyum, dan santai.
Empati, dan bertanya terbuka.
7
Ki : Iya Mbak. Nggak sulit kok, lagian ada GPS.
Senyum dan kembali menunduk

8
Ki : Oh iya Mbak, kita kan belum kenal satu sama lain, lebih baik kita perkenalan terlebih dahulu. Perkenalkan Mbak, saya Rahma, saya berasal dari Riau, sekarang meneap di Yogyakarta, dan saya bekerja di lembaga ini kurang lebih dua tahun. Sekarang giliran Mbak yang memperkenalkan diri. Silahkan Mbak...
Attending, senyum, cerah, santai, dan ramah.
Bertanya terbuka, dan attending
9
Ki : Kenalin, nama saya Ami, saya asli Makassar, sekarang saya kuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sejak tahun 2015. Saya tinggal sendiri di Yogyakarta.
Menatap konselor dengan muka bingung

10
Ko : Oh iya Mbak Ami. Sebelum kita lebih jauh lagi, sesuai dengan prosedur yang ada, kita akan membuat kontrak waktu dan beberapa peraturan yang harus dipatuhi. Setuju Mbak?
Senyum, ramah, dan menatap serius
Bertanya terbuka
11
Ki : Gimana enaknya aja Mbak.
Senyum dan menunduk lagi.

12
Ko : Baiklah Mbak, proses konseling ini akan berlangsung selama 1 jam 30 menit, apabila masih ada kekurangan kita akan lanjutkan pada pertemuan selanjutnya, dan sebelum proses konseling ini dilakukan, saya memohon izin untuk merekam dan mencatat hal-hal yang dianggap penting selama proses konseling, agar menjadi bukti otentik bagi saya dan tim untuk mempelajari lebih lanjut lagi. Bagaimana Mbak setuju?
Ramah, senyum, dan menatap konseli.
Memberikan informasi, dan bertanya terbuka
13
Ki : Itu terjamin nggak kerahasiaannya?
Wajah murung, dan bingung.

14
Ko : Iya Mbak, sesuai dengan Kode Etik yang berlaku, asas kerahasiaan sangat kami jaga, jadi Mbak tenang saja, rekaman dan kasus Mbak, tidak akan kami publikasikan. Apakah Mbak setuju?
Menatap konseli dengan serius, ramah, dan senyum.
Bertanya terbuka, dam empati
15
Ki :Kalau begitu, saya setuju Mbak.
Menatap konselor, kemudian menunduk lagi.

16
Ko : Sejauh ini, saya memperhatikan raut wajah Mbak, kelihatannya Mbak sedang mengalami masalah yang sangat berat. Benar begitu Mbak?
Menatap konseli dengan serius dan tenang
Bertanya terbuka
Tahap Pertengahan
17
Ki : Iya Mbak, saya bingung dengan apa yang terjadi sekarang?
Memandang konselor sesaat, muka murung, dan cemas

18
Ko : Hal apa yang membuat Mbak bingung?
Senyum, ramah, dan menatap konseli dengan serius.
Accent
19
Ki : Saya mempunyai sahabat laki-laki dan saya merasa nyaman.
Menatap konselor sesaat kemudian menunduk lagi.

20
Ko : Lalu apa yang membuat Mbak bingung?
Ramah, tenang, dan senyum.
Bertanya Terbuka
21
Ki : Jadi gini Mbak, kan kita itu sahabatan tapi saya ngerasa dia itu bukan hanya sekedar sahabat buat saya, dia selalu ada ketika saya berada di titik jenuh, dia selalu menghibur saya, tetapi ternyata dia udah punya pacar.
Wajah murung, tangan diremas-remas, melihat konselor sementara waktu dan menunduk lagi.

22
Ko : Jika saya di posisi Mbak, saya juga akan merasa bingung.
Penuh perhatian, tenang, menatap wajah klien, dan ramah.
Empati
23
Ki : Pokoknya saya itu bingung banget sama situasi seperti ini.
Menunduk, dan masih cemas.

24
Ko : Saya memahami perasaan Mbak, tetapi alangkah baiknya jika Mbak mengemukakan permasalahan Mbak dengan lebih rinci lagi.
Tenang, perhatian, dan ramah.
Eksplorasi
25
Ki : Sebenarnya sih, saya nggak suka sama sahabat saya itu Mbak, tetapi bingung sama kondisi yang saya alami saat ini.
Mulai tenang dan menatap serius

26
Ko : Baiklah kalau seperti itu, tapi saya melihat adanya perbedaan antara perasaan yang Mbak kemukakan di awal dengan yang Mbak kemukakan sekarang.
Ramah, menatap serius konseli, dan tenang serta senyum.
Konfrontasi
27
Ki : Iya sih Mbak lebih dari sahabat, tapi kan nggak mungkin kalau cewek yang bilang suka duluan, gengsi banget Mbak. Harga diri saya mau dikemakan Mbak.
Wajah mulai tenang, menatap konselor, dan masih ada kecemasan sedikit.

28
Ko : Oh, jadi sebenarnya Mbak suka sama sahabat Mbak itu.
Senyum, ramah, menatap konseli, dan serius.
Merangkum
29
Ki : Iya Mbak. Jadi sekarang itu saya merasa ada yang beda, entah itu karena saya yang baper atau memang dia yang menjauh gara-gara udah punya pacar.
Wajah tenang.

30
Ko : Bisakah Mbak jelaskan permasalah yang Mbak hadapi. Apakah persahabatan Mbak berbeda karena Mbak yang terlalu baper atau karena sahabat Mbak itu yang menjauh.
Senyum, ramah, menatap konseli, dan serius.
Menjernihkan
31
Ki : Justru itu Mbak yang membuat saya bingung.
Wajah tenang.

32
Ko : Hmm... Bisakah Mbak ceritakan lebih rinci lagi tentang dia setelah memiliki pacar?
Senyum, ramah, dan menatap konseli, serta serius.
Fokus dan Bertanya Tertutup
33
Ki : Iya semenjak dia mempunyai pacar, saya merasa perhatian dia yang dulu udah berubah, udah jarang ngumpul bareng, jarang ngajakin pergi, lebih parahnya dia nggak ada di saat saya butuh, padahal dulu, dia yang selalu ada saat saya butuh bahkan waktu saya gak butuh juga ada dia Mbak.
Wajah cemas, tenang, dan menatap konselor.

34
Ko : Ya Mbak, saya dapat merasakan apa yang Mbak rasakan bagaimana rasa sakitnya ketika sahabat yang selalu ada tiba-tiba berubah seperti itu.
Senyum, ramah, dan tenang
Empati
35
Ki : Iya Mbak sakit banget, tapi saya tidak bisa terus-terusan berada di posisi ini.
Wajah sedih, dan sedikit murung.

36
Ko : Bagaimana sikap Mbak, setelah mengetahui bahwa sahabat Mbak itu telah memiliki pacar? Apakah sikap Mbak seperti biasanya atau Mbak malah menarik diri dari sahabat Mbak?
Senyum, tenang, ramah, dan menatap konseli.
Eksplorasi
37
Ki : Setelah saya tahu sahabat saya sudah punya pacar, saya jadi canggung menyapanya, saya takut ceweknya cemburu, jadi saya sering menarik diri dari sahabat saya.
Wajah tenang, dan sedikit bingung

38
Ko : Hmm… Terus?
Serius, menatap, dan mendorong
Dorongan Minimal
39
Ki : Akibatnya saya sering tidak konsentrasi dalam belajar, malas makan, malas mau ngapa-ngapain, saya sampai sesak kalau memikirkan hal ini.
Wajah kesal, tenang, dan menatap serius.

40
Ko : Kalau begitu sejauh ini, Mbak beranggapan bahwa hancurnya prestasi belajar dan semangat hidup Mbak bukan karena Mbak sendiri melainkan sahabat Mbak telah menjauhi Mbak?
Ramah, menatap konseli, dan santai, serta tenang.
Menangkap pesan utama dan refleksi ide.
41
Ki : Iya Mbak, saya merasa demikian dan saya sangat galau karenanya.
Wajah kesal, dan menatap serius.

42
Ko : Baiklah, jadi kalau begitu masalahnya adalah Mbak tidak semangat menjalani kehidupan sehari-hari Mbak dan malas belajar karena sahabat Mbak telah berubah?
Tenang, santai, dan menatap atau memberikan perhatian serius kepada konseli.
Menangkap pesan utama, penekanan, dan mendefenisikan masalah
43
Ki : Ya betul Mbak.
Wajah tenang.

44
Ko : Baiklah sekarang masalah Mbak sudah jelas. Apakah Mbak tidak merasa dirugikan dengan terus-menerus galau memikirkan sahabat Mbak itu? Sedangkan belum tentu sahabat Mbak itu memikirkan Mbak.
Tenang, santai, dan menatap konseli.
Memimpin
45
Ki : Iya sih Mbak. Saya sadar kalau hal itu merugikan diri saya sendiri, waktu saya terbuang percuma hanya untuk memikirkannya, padahal dia juga belum tentu memikirkan saya Mbak.
Wajah kesal, dan menatap konselor.

46
Ko : Ya, terus bagaimana Mbak?
Mendorong, dan senyum.
Dorongan Minimal
47
Ki : Ya akibantnya saya jadi tidak memiliki semangat hidup. Tapi saya tidak peduli dengan semua itu.
Wajah kesal, dan menatap serius.

48
Ko : Saya memahami jalan pikiran Mbak. Nampaknya Mbak sedang memendam emosi terhadap kondisi persahabatan Mbak sekarang.
Tenang, santai, menatap serius, dan tangan menekan pembicaraan.
Empati Primer, Refleksi Pengalaman, dan Eksplorasi Pengalaman
49
Ki : Lagian setelah punya pacar dia jadi tidak peduli sama saya.
Wajah kesal.

50
Ko : Kalau sahabat Mbak nggak berubah, tetap seperti yang dulu walau sudah punya pacar, gimana perasaan Mbak?
Senyum, ramah, dan menatap konseli.
Fokus
51
Ki : Saya senang sekali, meskipun rasa cemburu itu pasti ada. Tapi bagaimana caranya saya kurang yakin.
Wajah senang, dan tetapi sedikit meragukan.

52
Ko : Ya, saya senang sekali atas keterbukaannya. Mungkin Mbak sendiri juga bisa memecahkan masalah tersebut.
Senyum, ramah, dan menatap konseli.
Sugesti, Empati Primer, dan Mengarahkan
53
Ki : Saya nggak tahu Mbak. Tapi kayaknya saya harus klarifikasi dahulu sama sahabat saya itu, apa yang membuat dia menjauh dari saya, apakah karena pacarnya yang melarang atau hanya perasaan saya.
Wajah tenang, dan muka serius.

54
Ko : Saya sangat menghargai perasaan Mbak, saya kira Mbak adalah orang yang baik dan bijak. Saya kira itu merupakan solusi yang tepat untuk masalah Mbak saat ini.
Menghargai, bersungguh-sungguh, muka serius, ramah, dan senyum.
Menghargai, Bertanya Terbuka, Refleksi Konten (Ide atau Pikiran), dan Empati Primer
55
Ki : Iya Mbak…
Wajah gembira, dan muka senang.

56
Ko : Kalau begitu kesimpulannya Mbak akan menanyakan terlebih dahulu kepada sahabat Mbak untuk menyelesaikan masalah ini. Apakah Mbak setuju?
Duduk santai, ramah, dan serius.
Menyimpulkan sementara, dan Bertanya Terbuka
Tahap Akhir
57
Ki : Iya Mbak. Saya setuju.
Wajah tenang, dan menganggukkan kepala

58
Ko : Baiklah, sampai saat ini, pendapat itu yang kita sepakati. Bagaimana perasaan Mbak setelah berbincang-bincang?
Rasa empati, ramah, menghargai, dan penuh perhatian.
Empati Primer, Eksplorasi Perasaan, dan Bertanya Terbuka
59
Ki : Perasaan bingung saya sudah mulai menurun, saya merasa senang.
Wajah mulai tenang, dan gembira.

60
Ko : Kalau begitu, apakah sudah ada kesimpulan dari pertemuan ini?
Serius, menatap konseli, ramah, dan tenang
Mengarahkan, Upaya Menyimpulkan, dan Upaya Merencakan
61
Ki : Ada Mbak. Mungkin saya akan mengadakan pertemuan dengan sahabat saya untuk memahami saya. Kemudian, mungkin Mbak akan memberikan saran untuk persahabatan kami.
Sopan, gembira, menatap konselor, dan tenang serta menyimpulkan.

62
Ko : Ya mungkin pula akan ada pertemuan antara Mbak, sahabat Mbak, dan saya. Atau mungkin juga dengan pacar sahabat Mbak.
Senyum, ramah, dan
Menjelaskan, Menyimpulkan, dan Merencanakan
63
Ki : Ide bagus tuh Mbak.
Senyum dan senang.

64
Ko : Baiklah Mbak. Kalau boleh saya kasih tahu. Mbak jangan terus-terusan terjebak dalam situasi seperti ini. Ingat Mbak, ada yang menunggu kesuksesan Mbak.
Ramah, santai, duduk menghadap konseli.
Memberi Nasehat
65
Ki : Iya sih Mbak.
Senyum dan tenang serta menatap konselor.

66
Ko : Saya kira konseling ini sudah hampir berakhir, namun sebelum kita tutup alangkah baiknya kita merencanakan pertemuan selanjutnya. Jadi kapan kita melaksanakan pertemuan lagi?
Tenang, dan senyum serta ramah.
Mengevaluasi
67
Ki : Gimana kalau minggu depan saja Mbak?
Tenang, dan menatap konselor.

68
Ko : Baiklah saya setuju. Sebelum kita tutup, bagaimana penilaian Mbak tentang jalannya konseling, hasil yang Mbak peroleh, dan tentang diri saya sebagai konselor?
Menatap konseli, ramah, santai, dan serius.
Bertanya Terbuka
69
Ki : Saya merasa puas dengan layanan konseling ini, Mbak juga bisa membawa saya keluar dari rasa bingung saya. Terima kasih ya Mbak.
Muka senang, bahagia, dan tenang.

70
Ko : Iya sama-sama Mbak. Kalau begitu, apakah pertemuan ini bisa kita akhiri?
Senyum, ramah dan menatap konseli.
Menutup Konseling
71
Ki : Iya Mbak, saya kira sudah bisa diakhiri.
Sopan, tenang, dan menatap konselor.

72
Ko : Baiklah, terima kasih atas kepercayaannya terhadap lembaga kami. Semoga Mbak puas. Sampai ketemu kembali.
Ramah, tenang, dan senyum.

73
Ki : Iya Mbak. Sama-sama. Assalamu’alaikum.
Tenang, wajah bahagia, dan seperti masalahnya udah hilang.

74
Ko : Wa’alaikumussalam.
Ramah, dan senyum.


B.     Pendekatan yang Digunakan
1.      Deskripsi Masalah
Konseli merupakan seorang mahasiswi yang saat ini sedang berkuliah di salah satu perguruan tinggi negeri yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Konseli sendiri mempunyai seorang sahabat yaitu teman satu jurusan di tempat saat ini dia berkuliah. Persahabatan yang sudah terjalin ini lama-kelamaan bukan menjadi rasa persahabatan lagi dari sisi konseli ini. Konseli merasakan dirinya sangat nyaman berada di dekat sahabatnya ini. Bahkan dia juga suka sama sahabat laki-lakinya ini. Karena sahabatnya ini selalu ada buat dia, saat dia senang, saat dia sedih, saat berada di titik jenuh, sahabatnya ini selalu ada di sampingnya. Tetapi dia gengsi dan harga dirinya mau diletakkan dimana jika dia yang menyampaikan semua itu kepada sahabatnya itu.
Ketika suatu hari, dia mengetahui sahabatnya sudah mempunyai pacar. Dia merasakan perhatiannya yang sebelumnya diberikan kepadanya berkurang, bahkan sudah jarang kumpul bersama, dan lebih menyedihkan tidak ada disaat dia membutuhkannya. Semenjak itu, perasaan konseli berubah dan semakin kecewa dengan sahabatnya ini. Dia mulai merasa canggung untuk menyapa, membuat dirinya takut untuk bertemu dengan sahabatnya ini karena takut pacarnya cemburu, dan mulai menarik diri dari sahabatnya ini.
Akibatnya konseli malas untuk melakukan ini itu, seperti tidak bersemangat untuk belajar, tidak semangat mengerjakan tugas, dan bahkan tidak semangat dan lesu di setiap apapun.

2.      Teknik Konseling
Berdasarkan deskripsi masalah diatas, pendekatan yang cocok digunakan adalah pendekatan realitas. Karena dalam teori konseling realitas yang dicetuskan oleh Glasser menjelaskan bahwa setiap individu memiliki kebutuhan psikologis yang secara konstan hadir sepanjang rentang kehidupan dan harus terpenuhi, dan individu mengalami permasalahan psikologis karena terhadap dalam memenuhi kebutuhan psikologisnya[1]. Kebutuhan disini adalah kebutuhan dicintai dan mencintai sesuai dengan teori hierarti Maslow. Sehingga jika ini tidak terpenuhi maka akan terhambatlah pemenuhan kebutuhan lainnya. Oleh karena itu, setiap individu harus bertanggung jawab terhadap kehidupannya sehingga ia harus bisa dihadapkan kembali dengan kenyataan hidupnya sehingga dapat memahami dan mampu menghadapi realita. Jika dicontohnya dengan kasus ini, walau sahabatnya sudah punya pacar, konseli jangan menjauhkan diri dari sahabatnya dan teruslah meningkatkan prestasi dan jangan sampai hilang semangat untuk beraktivitas seperti biasanya.
C.    Tujuan Konseling
Dalam teori dijelaskan, layanan konseling dengan pendekatan realitas ini bertujuan untuk membantu konseli mencapai identitas berhasil. Konseli mengetahui identitasnya, akan mengetahui langkah-langkah apa yang akan ia lakukan di masa yang akan datang dengan segala konsekuensinya. Bersama-sama konselor, konseli dihadapkan kembali pada kenyataan hidup, sehingga dapat memahami dan mampu menghadapi realitas[2].
Dalam kasus ini, layanan konseling ini untuk membantu konseli keluar dari masalah yang dimilikinya yaitu hilangnya semangat dalam berbagai aktivitas karena hal yang menimpanya yaitu friendzone dimana persahabatan yang telah dibuat kemudian konseli merasakan kenyamanan dengan sahabatnya itu kemudian dia suka dengan sahabatnya tetapi sahabatnya telah punya pacar. Hal ini yang membuat dia kecewa. Sehingga layanan ini secara khusus bertujuan agar konseli bisa beraktivitas kembali seperti biasa walaupun sahabatnya sudah punya pacar dan jangan sampai malah menurun semangat dalam beraktivitas dan menerima semua yang telah terjadi dan terus menjalani kedepannya.

D.    Peran dan Fungsi Konselor
Dalam teori dijelaskan bahwa fungsi konselor adalah melibatkan diri dengan konseli, bersikap direktif dan didaktrik, yaitu berperan seperti guru yang mengarahkan dan dapat saja mengkonfrontasi, sehingga konseli mampu menghadapi kenyataan. Disinilah peran konselor sebagai fasilitator yang membantu konseli agar bisa menilai tingkah lakunya sendiri secara realistis[3].
Dalam kasus ini, seorang konselor berfungsi untuk mengarahkan konseli agar bisa kembali kepada kehidupannya yang awal dimana sewaktu dia masih dalam hubungan yang harmonis dengan sahabatnya dan jangan terbuai dalam masa semenjak sahabatnya sudah punya pacar dan dia harus bisa menerima kenyataan bahwa setiap orang itu pasti akan mempunyai kebutuhan psikologis yang harus dipenuhi. Dia harus bisa menerima kenyataan akan hal itu, dan mencoba kembali mengklarifikasi kepada sahabatnya itu apakah dia yang menjauh dan tidak mau berteman dengan dia lagi. Dan kembali beraktivitas seperti biasanya dan jangan sampai semangatnya menurun lagi.

E.     Alternatif Permasalahan/ Solusi
Dari kasus ini dapat ditarik alternatif permasalahan atau solusi yaitu konseli harus mengklarifikasi dulu dengan sahabatnya itu, apakah yang membuat dirinya menjauh dari konseli atau apakah karena pacarnya melarang, atau hanya perasaan dari konseli itu sendiri. Itu dilakukan agar tidak berkepanjangan permasalahan ini dan tidak menurun lagi semangatnya dalam belajar dan beraktivitas lainnya.

F.     Evaluasi dan Tindak Lanjut
1.      Evaluasi
Berdasarkan langkah-langkah atau tahap dalam konseling realitas yang diungkapkan oleh Thompson, et. al. (2004: 115-120), maka dapat dilakukan evaluasi sebagai berikut.
a.       Menunjukkan keterlibatan dengan konseli
Pada langkah ini, konseli sudah mau bekerja sama dengan konselor, hal ini ditunjukkan dengan sikap konseli yang bersedia mengungkapkan permasalahnya dan menunjukkan perhatiannya kepada konselor.
b.      Fokus pada perilaku seseorang
Pada langkah ini, konseli sudah mau menceritakan apa saja yang ia lakukan terhadap permasalahan yang dia hadapi. Ketika konselor mengungkapkan tentang uraian konseling yang akan dilakukan, konseli secara antusis menyimaknya.
c.       Mengeksplorasi total behavior terapi
Pada langkah ini, konseli sudah mau secara terbuka menceritakan tentang apa saja yang dilakukan konseli terkait masalah yang dihadapinya, dan menceritakan kenapa masalah itu bisa terjadi.


d.      Konseli menilai diri sendiri ata melakukan evaluasi
Pada langkah ini, konseli sudah mau memberikan penilainan tentang perilaku yang berkaitan dengan masalah yang dihadapinya.
e.       Merencanakan tindakan yang bertanggung jawab
Pada langkah ini, konseli menyadari bahwa perilakunya tidak dapat menyelesaikan masalah, dan tidak cukup dapat menolong keadaan dirinya.
f.       Membuat komitmen
Pada langkah ini, konseli sudah menemukan beberapa alternatif agar bisa menyelesaikan masalahnya.
g.      Tidak menerima permintaan
Pada langkah ini, konseli terus berkomitmen untuk kembali memperbaiki hubungan dengan sahabatnya dengan bertemu dan bertanya kepadanya.
h.      Tindak lanjut
Pada langkah ini, konseli bersedia untuk melakukan konseling kembali di lain waktu bersama sahabatnya itu atau bersama pacar sahabatnya itu.
Secara keseluruhan, konseli sudah terbuka mengungkapkan masalahnya kepada konselor. Hal ini merupakan suatu hal yang baik, karena dengan sikap keterbukaan akan membuat proses konseling mudah terlaksana. Konseli juga sudah mau mengklarifikasi dengan sahabatnya tentang permasalahannya. Dengan adanya konseling, konseling sudah bisa terlepas sedikit dari permasalahannya dengan sahabatnya dan berusaha mengembalikan persahabatan yang sebelumnya dan menerima kondisi saat ini.

2.      Tindak Lanjut
Tindak lanjut dalam kegiatan konseling adalah proses tindakan yang dilakukan secara bersama antara konselor dan konseli apabila konseli masih membutuhkan bantuan dari konseli. Pada penanganan kasus ini, konseli sudah menemukan alternatif dalam penyelesaian permasalahannya. Konselor bersama konseli memutuskan untuk mengadakan konseling lanjutan agar menuntaskan masalah yang dihadapi konseli dan dilakukan dengan sahabatnya itu atau pacar sahabatnya itu.

G.    Daftar Referensi
Gantina Komalasari, dkk.. 2011. Teori dan Teknik Konseling Cetakan ke- 2, Jakarta: PT. Indeks.

https://mintotulus.files.wordpress.com/2013/10/nonverbal.jpg

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengkaji Tradisi Sekaten di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Perspektif Islam

Kontestasi Makna Religius dan Budaya dalam Pelaksanaan Ritual Tabuik di Sumatera Barat

Dari Dalam Diri: Membangun Harmoni dalam Hubungan Internal Agama dan Spiritualitas