Begini Cara Rahmat Raih IP Sempurna
Jogja, mahasiswajogja.com – Sudah menjadi suatu hal yang wajar ketika para mahasiswa menjadikan Indeks Prestasi (IP) sebagai target sasaran mereka. Perlu usaha dan doa yang ekstra untuk mencapai puncak tertinggi nilai IP. Untuk kalian yang mempunyai target sasaran IP perfect, yuk, simak pengalaman mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang meraih IP 4,00. Experience is the best teacher, right!
Hayatul Khairul Rahmat, atau akrab dipanggil Rahmat lahir pada tanggal 23 April 1997. Mahasiswa yang hobi menulis puisi itu merupakan anak kedua dari empat bersaudara yang berdomisili asli di Muaro Paneh, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Rahmat merupakan mahasiswa lulusan MAN Koto Baru Solok tahun 2015 yang dulu mempunyai cita-cita mencicipi bangku kuliah jurusan kedokteran, namun ternyata kenyataan tak sesuai harapan.
Berasal dari keluarga sederhana, sempat membuat Rahmat pesimis untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Apa lagi jika mengingat masa depan saudara-saudaranya yang harus diperhatikan juga. Namun dengan semangat dan keteguhan Rahmat, ia mampu bersikap cerdas dengan memanfaatkan fasilitas yang telah pemerintah berikan yaitu dengan mendaftar kuliah dan mengambil beasiswa bidikmisi. Hal itu juga berlaku kepada tiga saudaranya.
Mahasiswa yang suka memberikan kesempatan teman kelas untuk aktif di forum ini sudah beberapa kali meraih penghargaan. Ia juara harapan 3 Olimpiade Bahasa dan Sastra Indonesia SMA/MA/SMK tingkat Sumatera barat, semifinalis Musabaqah Fahmil Al-quran tingkat Sumatera Barat, juara 1 lomba Speech Contest tingkat Sumatera Barat, dan masih ada lainnya yang mencakup di lingkungan regional. Dibalik prestasinya, ternyata menyimpan gejolak pada waktu Rahmat terdaftar sebagai mahasiswa di UIN Yogyakarta.
Pada awalnya, Rahmat berharap bisa diterima di kampus umum. Namun ia sempat merasa frustasi saat masa depannya berlabuh di kampus Islam. Rahmat yang mempunyai basic IPA tapi terdaftar di jurusan sosial yaitu Bimbingan Konseling Islam, sangatlah tidak menarik. Namun ia teringat wejangan atau pesan Nenek sebelum meninggal yang mengatakan, “Kamu harus jadi orang yang punya agama, Mat. Bawa keluargamu ke jalan yang benar. Kamu harus kuliah di jurusan yang ada dasar agamanya, Mat.”
Amanah Sang Nenek menjadi motivasi perjuangan Rahmat yang kala itu kecewa atas takdirnya sebagai mahasiswa UIN Yogyakarta. Motivasi lainnya, Rahmat tidak ingin mengecewakan orangtua yang telah banyak menggelontorkan uang biaya hidupnya dari Solok ke Jogja yang yang tidak sedikit jumlahnya.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan beberapa pengalaman Rahmat yang bisa kalian, para pejuang IP jadikan contoh dan motivasi:
- Baca materi perkuliahan sebelum masuk kelas
- Tugas kuliah menjadi kewajiban utama
- Motivasi jelas, target sasaranpun jelas
- Jadikan dosen sebagai teman diskusi
- Jadikan buku favoritmu sebagai inspirator dan motivator
- Jadikan hobi bukan sekedar hobi
Nah, sama seperti Rahmat yang mengaku bahwa hobinya itu membaca buku, meskipun butuh mood bagus untuk bisa serius. Baginya, yang penting baca!
Selain membaca, Rahmat juga bercerita, “Saya hobinya juga bikin desain, apa gitu tapi masih jelek sih. Lagi proses belajar, hobi yang terakhir yaitu koleksi buku. Buku di sini buku apa aja yang pengen dibeli.”
- Jadikan organisasi sebagai wadah untuk berproses
Rahmat mengaku mengikuti UKM di biro konseling Mitra Ummah di kampusnya. Bagi Rahmat, kegiatan itu menjadi wadah aktualisasi diri sehingga bisa menjadi konselor yang religius dan handal. Selain mengikuti UKM Mitra Ummah, Rahmat juga menjabat sebagai ketua di Pusat Informasi Konseling Mahasiswa Lingkar Seroja dimana bergerak di bidang isu-isu kesehatan reproduksi seperti mencegah napza, free sex, dan HIV/AIDS.
Ketiga, Rahmat juga tergabung sebagai volunteer sekaligus sebagai koordinator divisi keilmuan di Pusat Layanan Difabel UIN Yogyakarta. Kegiatannya di dalam forum sahabat inklusi itu ia melakukan pendampingan terhadap mahasiswa/i yang mengalami disabilitas misalnya tuna rungu yang perlu pendamping saat kuliah seperti notetaker atau interpreter, tuna netra dalam mobilitas.
Keempat, Rahmat juga sedang magang di Himpunan Mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling Islam. Selanjutnya, ia juga aktif di Lab Bimbingan Konseling Islam sebagai anggota divisi karya tulis ilmiah. Hal itu Rahmat lakukan semata-mata mencari teman dan belajar dari yang ada di sekitarnya.
Sebagai penutup, coba simak pesan-pesan Rahmat yang siapa tahu bisa menjadi pencerah kita semua.
“Aku juga merasakan kenapa bisa? Aku merasa belajarku masih tergolong biasa aja, tetapi bisa seperti itu. Mungkin aku rasa ketekunan yang menentukan, karena jika kita tekun hasilnya akan mengikuti. Selain itu juga fokus yang penting dalam perkuliahan. Semoga tahun depan ada yang bisa seperti itu juga dan bisa mempertahankannya.”
“Saya mungkin orang yang waktu galaunya sedikit, karena saya orangnya kalau punya masalah cepat diselesain dan lupakan aja. Saya orangnya gak terlalu gampang galau sih. Kalau bosen dibawa tidur sebentar habis itu enjoy lagi. Prinsipnya buang jauh-jauh kegalauan jangan sampai galau merusak hari-harimu. Buatlah hari-harimu lebih cerah dengan warna-warni kehidupan dan cerahnya mukamu.”
Nah, itu tadi cerita pengalaman teman kita yang meraih nilai IP sempurna. Semoga pengalaman hidup Rahmat bisa menjadi guru kita semua ya.
*) Pernah diposting di halaman http://mahasiswajogja.com/blog/begini-cara-rahmat-raih-ip-sempurna/.
Komentar
Posting Komentar