Kronologis Historis Perkembangan Ilmu Pengetahuan Perspektif Dunia Barat dan Dunia Islam

Ini adalah suatu tulisan yang merupakan tugas dari mata kuliah Filsafat Ilmu yang diampu oleh Bapak Dr. H. Andy Dermawan, S.Ag., M.Ag. yang berisikan tentang kronologis historis perkembangan ilmu pengetahuan dari perspektif dunia barat dan dunia Islam. Selamat membaca...

Kronologis Historis Perkembangan Ilmu Pengetahuan di Dunia


Perkembangan ilmu pengetahuan di dunia dapat dibedakan secara periodis berupa periodesasi sebagai berikut.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzwsVzcnwt089KClSHdtFEPSHOsgH1CVYF1PKB1BGzYxXHQAirpErwvY67Lx_HxEMzA6WCWjrokM9SRbRPdzHMLWJNf4Exd8tYhaBhx6Exh2xgdkfzaSII1Cgttv83hQ_26Oh4SrUF1erb/s1600/technology1.jpg

Zaman Pra Yunani Kuno


Zaman Pra Yunani Kuno dapat dibedakan menjadi tiga fase. Pertama, zaman Batu Tua yang berlangsung 4 juta tahun SM sampai 20.000 tahun SM. Pada zaman ini, telah dikenal sistem trial and error (mencoba-coba dan salah) kemudian berkembang menjadi know how. Kedua, zaman Batu Muda yang belangsung 10.000 SM sampai 2.000 SM dimana munculnya kemampuan menulis, membaca, dan berhitung. Ketiga, zaman Logam. Zaman ini berlangsung dari abad 20 SM sampai dengan abad 6 SM dimana muncullah pemakaian logam sebagai peralatan sehari-hari seperti untuk perhiasan, memasak, dan alat perang. Pada masa ini lebih bersifat teologi kosmologi[1].



Zaman Yunani Kuno


Zaman ini berlangsung dari abad 6 SM sampai dengan sekitar abad 6 M. Pada zaman ini  menggunakan sikap an inquiring attitude yaitu suatu sikap yang senang menyelediki sesuatu dengan kritis. Pada zaman ini muncullah tokoh-tokoh popular seperti Thales, Pythagoras, Socrates, Aristoteles, dan Plato. Periode ini merupakan periode yang melatarbelakangi kelahiran filsafat. Sebelumnya pada masa ini dipenuhi oleh aneka ragam mitos yang dianut oleh masyarakat. Segala sesuatu yang terjadi dihubungkan dengan hal-hal yang bersifat mitologis. Kemudian, pusat perhatian berubah menjadi kosmologis dimana mencari proses penciptaan alam semesta. Mulanya muncul asas air, kemudian asas yang tak terbatas (to apeiron) dan kemudian menjadi asas udara yang semua itu menjadi bahan perdebatan diantara mereka[2].



Zaman Pertengahan


Zaman ini berlangsung dari abad 6 M sampai sekitar abad 14 M/ 15 M. Zaman ini ditandai dengan tampilnya teolog di lapangan ilmu pengetahuan. Pada zaman ini karakteristik pembahasan berpusat pada filosofis ilmiahnya yaitu pada ketuhanan atau teosentris[3]. Pada zaman ini terjadi pertentangan antara kaum Islam dan kaum gereja dalam masalah filsafat. pada masa ini ilmu pengetahuan masih bersumber pada karya Aristoteles. Zaman ini dianggap sebagai awal mula zaman renaissance dimana ada beberapa tokoh yang mempelopori yaitu Roger Bacon, Thomas Aquinas, Gerard van Cremona, dan Giovanni Boccaccio yang berasal dari dunia barat. Tokoh ilmuwan muslim juga berpengaruh seperti Al Farabi, Al Khawarizmi, Al Kindi, Al Ghazali, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Ibnu Khaldun, Jabir bin Hayyan, Al Razi, Ibnu Haitham, dan Al Battani.



Zaman Renaissance


Zaman ini disebut dengan zaman kebangkitan dimana mulai muncullah ilmuwan baru dimana ada peralihan dari kebudayaan abad pertengahan menjadi kebudayaan yang lebih modern dan terbebas dari dogma-dogma agama[4]. Zaman ini berlangsung hingga abad 19 M. Tokoh yang berpengaruh pada zaman ini adalah Nicolaus Copernicus, Galileo Galilei, Tycho Brahe, Johannes Kepler, Francis Bacon, dan Andreas Vesalius. Masa Renaissance ini merupakan zaman transisi antara masa pertengahan dengan masa modern.



Zaman Modern


Zaman ini sudah dirintis sejak abad 15 M. Kemudian terus berkembang hingga abad 20 M. Ditandai dengan adanya penemuan di dalam bidang ilmiah. Tokoh yang mempengaruhi dalam zaman ini adalah Isaac Newton, Rene Descartes, Charles Robert Darwin, Joseph John Thomson, Michel Faraday, Auguste Comte, dan Blaise Pascal. Masa modern ditandai dengan beralih karakteristik teosentris ke antroposentris yaitu suatu karakteristik yang menekankan pada fokus pembahasan pada manusia. Karakteristik ini mengasumsikan bahwa manusia sebagai pelaku kehidupan hendaknya menjadi subjek dan objek pembahasan ilmiah. Setelah ini muncullah aliran seperti positivisme, eksistensialisme, pragmatisme, dan sekularisme[5].



Zaman Kontemporer


Zaman ini bermula dari abad 20 M dimana terus berlangsung hingga saat ini ditandai dengan teknologi canggih dan spesialiasi ilmu-ilmu yang semakin tajam dan mendalam. Ditandai dengan masa beralihnya fokus ilmu pengetahuan dari paradigma teosentris kepada paradigma antroposentris. Ini menandakan kemenangan manusia dalam mengembalikan kedaulatannya sebagai makhluk berakal. Kemudian para kritikus memunculkan istilah postmodernisme dimana memperjuangkan kembali realitas yang ada sehingga lebih empirik[6]. Kemudian lebih dikenal dengan logosentris yaitu teks menjadi fokus dari diskursus para filsuf dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Kemudian lahirlah tiga pemikiran filsafat yaitu Neokantianisme, Fenomenologi, Eksistensialisme, dan Strukturalisme[7].




Kronologis Historis Perkembangan Ilmu Pengetahuan di Islam


Periode Klasik


a. Ilmu Pengetahuan pada Masa Rasul

Dalam ilmu pengetahuan perhatian Rasul sangat besar, sehingga beliau memberi contoh revolusioner bagaimana seharusnya mengembangkan ilmu. Rasul mendapatkan hal-hal yang akan menjadi landasan dasar dalam usahanya, yaitu:

- Wahyu pertama yang diterima rasul yang berbunyi bacalah.

- Bangsa Arab adalah bangsa yang kuat hafalannya, sedangkan hafalan merupakan salah satu alat untuk mengemban ilmu.

- Nabi membuat tradisi baru yaitu mencatat dan menulis. Karena semua sahabat yang pandai membaca dan menulis akan diangkat menjadi juru tulis untuk mencatat semua wahyu yang turun.

- Al-Qur’an merupakan sumber inti ilmu pengetahuan karena memuat kisah ummat-ummat terdahulu, segala macam hukum dasar (perkawinan, perdata, pidana, perniagaan, politik, ekonomi, sosial), sifat-sifat Allah.[8]



b. Ilmu Pengetahuan pada Masa Bani Umayyah

Salah satu aspek dari kebudayaan adalah mengembangkan ilmu pengetahuan. Jika pada masa nabi dari khulafaurrasyidin perhatian berpusat pada memahami Al-Quran dari Hadis Nabi untuk memperdalam pengajaran akidah, akhlak, ibadah, muamalah dari kisah-kisah Al-Quran maka perhatian sesudah itu, sesuai dengan kebutuhan zaman, tertuju pada ilmu-ilmu yang diwariskan oleh bangsa-bangsa sebelum munculnya Islam.[9] Pembidangan ilmu pada masa Bani Umayyah sebagai berikut.

- Ilmu pengetahuan bidang agama, segala ilmu yang bersumber dari Al-Quran dan Hadis

- Ilmu pengetahuan bidang sejarah, segala ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah dari riwayat.

- Ilmu pengetahuan bidang bahasa, segala ilmu yang mempelajari bahasa, nahwu, shorof, dan lain-lain

- Ilmu pengetahuan bidang filsafat, segala ilmu yang pada umumnya bersal dari bahasa asing seperti ilmu mantiq, kedokteran, kimia, dan lain-lain.[10]



c. Ilmu Pengetahuan pada Masa Bani Abbasiyah

Perkembangan pada masa bani abbasiyah sebagai berikut.

Perkembangan Ilmu Naqli (Al-Quran Hadis) yaitu ilmu yang berhubungan agama islam. Ilmu-ilmu itu antara lain:[11] ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu kalam, ilmu tasawuf, ilmu bahasa, dan ilmu fiqih.

Perkembangan Ilmu Aqli yaitu ilmu yang didasarkan pada pemikiran (rasio). Yang termasuk dalam ilmu aqli antara lain:[12] ilmu kedokteran, ilmu filsafat, ilmu kimia, ilmu fisika, ilmu tata negara, ilmu musik, ilmu astronomi, dan ilmu hitung.



Periode Pertengahan (1250-1800 M)


Pada masa pertengahan, yakni antara tahun 1250-1800 M adalah fase kemunduran dari intelektual umat Islam, karena filsafat mulai dijauhkan dari umat Islam, sehingga ada kecenderungan akal dipertentangkan dengan wahyu, iman dengan ilmu, dunia dengan akhirat. Di zaman ini, desentralisasi dan disintegrasi bertambah meningkat yang berakibat pada hilangnya khilafah secara formal. Pada periode pertengahan ini, terdapat masa tiga kerajaan Besar (1500-1800 M). Tiga kerajaan besar yang dimaksud adalah kerajaan Usmani di Turki, kerajaan Safawi di Persia, dan Kerajaan Mughal di India.



Periode Modern (1800 M - dan seterusnya)


Periode Modern (1800 M - dan seterusnya) merupakan zaman kebangkitan umat Islam. Jatuhnya Mesir ke tangan Barat mengilhami kebangkitan. Raja-raja dan pemuka-pemuka Islam mulai memikirkan bagaimana meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam kembali. Setelah umat Islam menyadari ketertinggalannya, maka kemudian muncul upaya dekonstruksi oleh para pemikir Islam untuk membangkitkan ketertiduran umat Islam. Pada periode ini, muncul banyak para pemikir Islam yang handal. Mereka menjadi pioner pembaharuan dalam Islam. Ajaran Islam dirasionalisasikan dan difahami dalam konteks ke-kini-an dan kemodernan. Secara garis besar, gerakan pembaharuan pemikiran di dunia Islam, dapat dipahami dalam empat model gerakan sebagai berikut: Gerakan Wahabiyah atau Salafiyah, Gerakan Pembaharuan (Modernisme), Westernisme, dan Sekularisme[13].



Daftar Pustaka


Sibawaihi. 2010. Filsafat Ilmu Pendekatan Integrasi-Interkoneksi. Yogyakarta: Pustaka Shiraz bekerjasama dengan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Bakhtiar, Amsal. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Hasan, Erliana. 2011. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian Ilmu Pemerintahan. Bogor: Ghalia Indonesia

Sunanto, Musyrifah. 2003. Sejarah Islam Klasik. Jakarta: PT. Prenada Media

Nasution, Harun. 1985. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI-Press.




Footnote



[1] Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 21
[2] Sibawaihi, Filsafat Ilmu Pendekatan Integrasi-Interkoneksi. (Yogyakarta: Pustaka Shiraz bekerjasama dengan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010), hal. 38-39
[3] Ibid., hal. 41-43
[4] Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 50
[5] Sibawaihi, Filsafat Ilmu Pendekatan Integrasi-Interkoneksi. (Yogyakarta: Pustaka Shiraz bekerjasama dengan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010), hal. 45
[6] Ibid., hal. 46-47
[7] Erliana Hasan, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian Ilmu Pemerintahan. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hal. 53-54
[8] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta: PT. Prenada Media, 2003), hal. 14-16
[9] Ibid., hal. 37
[10] Ibid., hal. 41-42
[11] Ibid., hal. 58
[12] Ibid., hal. 79
[13] Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. (Jakarta: UI-Press, 1985),  hal. 70

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengkaji Tradisi Sekaten di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Perspektif Islam

Kontestasi Makna Religius dan Budaya dalam Pelaksanaan Ritual Tabuik di Sumatera Barat

Dari Dalam Diri: Membangun Harmoni dalam Hubungan Internal Agama dan Spiritualitas