Mengkaji Tradisi Sekaten di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Perspektif Islam A. Asal Usul Sekaten Sekaten adalah suatu tradisi yang telah ada sejak zaman kerajaan Demak. Sultan Agung sebagai raja Demak memprakarsai perayaan sekaten dan sampai saat ini masih dilestarikan di Keraton Yogyakarta dan Surakarta. Dalam tradisi kerajaan Demak, upacara sekaten diselenggarakan sebagai usaha untuk memperluas serta memperdalam rasa jiwa ke-Islaman bagi segenap masyarakat Jawa. Usaha ini dilaksanakan oleh para wali yang dikenal dengan sebutan Wali Sanga . [1] Para wali memahami dan yakin bahwa rakyat menggemari bunyi gamelan. Sunan Giri, salah seorang dari Wali Sanga , memahami teknik pembuatan gamelan. Beliau lalu membuat seperangkat gamelan yang dinamakan Kiai Sekati . Selain membuat gamelan, Sunan Giri juga menciptakan gending untuk alat penyebaran agama Islam. Gamelan Kiai Sekati itu setiap tahun dibunyikan untuk memeriahkan peringatan hari lahir Nabi Muhamm...
Ritual Tabuik di Pariaman, Sumatera Barat, merupakan salah satu tradisi yang unik di Indonesia karena mengandung unsur keagamaan dan budaya yang terjalin secara kompleks. Tradisi ini berakar dari kisah tragis kematian cucu Nabi Muhammad SAW, Imam Husain bin Ali, dalam peristiwa Karbala, yang secara historis identik dengan mazhab Syiah. Namun demikian, pelaksana utama Tabuik adalah masyarakat Pariaman yang mayoritas menganut mazhab Sunni. Hal ini menimbulkan kontestasi makna: apakah Tabuik adalah ekspresi religius, budaya lokal, atau hasil akulturasi keduanya? Dalam perspektif keagamaan, Tabuik awalnya adalah upacara untuk mengenang dan meratapi syahidnya Imam Husain. Unsur spiritual yang melekat pada tradisi ini ditunjukkan dalam simbol-simbol seperti Tabut (peti kayu), kuda-kudaan (Buraq), serta pembacaan narasi Karbala yang berisi nilai-nilai keadilan, pengorbanan, dan perjuangan melawan tirani. Masyarakat pelaksana menganggap partisipasi dalam ritual ini sebagai bentuk solidaritas t...
Membangun harmoni dalam hubungan internal agama dan spiritualitas menyajikan berbagai tantangan yang perlu dihadapi dengan kesadaran dan pengetahuan yang mendalam. Salah satu tantangan utama berasal dari perbedaan interpretasi dan praktik dalam berbagai tradisi keagamaan. Misalnya, dalam konteks Islam, varians dalam tafsir Al-Qur'an dapat menciptakan perpecahan di kalangan umat, dengan sebagian kelompok menekankan ritualisme yang ketat, sementara yang lain mungkin lebih fokus pada aspek spiritualitas dan etika. Ketidakpahaman akan keragaman ini sering menimbulkan konflik, memperparah polarisasi yang sudah ada, dan mengarah pada sikap intoleransi yang merugikan hubungan antarkelompok. Di samping perbedaan doktrinal, tantangan lain yang signifikan terletak pada pengaruh sosial dan budaya yang sering kali memperkuat perpecahan. Dalam masyarakat yang beragam, tekanan dari lingkungan sosial dapat mempengaruhi individu dalam menjunjung tinggi identitas agama mereka, terkadang dengan ca...
Komentar
Posting Komentar